Minggu, 29 November 2009

PEDAGANG KAKI LIMA


Waktu perkuliahan telah berakhir, aku beranjak meninggalkan kampus menuju boulevard untuk mencari segelas es teh pengobat dahaga di siang yang panas ini. Sampai di boulevard aku menuju tempat langgananku yang dilayani seorang perempuan setengah baya dan segera memesan apa yang kuinginkan. Siang ini aku tidak ada teman yang kuajak untuk bercanda, kuputuskan saja membuka pembicaraan dengan pedagang yang ada di depanku yang kutahu namanya Bu Sri. Bu Sri adalah salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di depan kampusku, dia terlihat agak gemuk, kulit kuning dengan sedikit uban di rambutnya, mengenakan kaca mata tentunya wajar untuk wanita seusianya dan ciri yang khas darinya ketika dia tersenyum terlihat giginya yang tanggal. Sambil membuatkan pesanan pembeli, dia mulai bercerita tentang kehidupannya. Terkadang sesekali dia mencurahkan suka dukanya menjadi seorang pedagang kaki lima. Dengan gelas di tangan dan blender di depannya, dia bercerita tentang awal mula dia merintis usahanya dengan beberapa saingan dan pengakuannya yang ternyata kurang mengenal lingkungan. Meskipun dengan bahasa Indonesia yang sedikit dipaksakan dia berhasil merayu beberapa pembeli untuk mendekat ke gerobaknya, itulah caranya yang khas dalam strategi bisnisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar